Produktivitas Alat Berat

Teringat Masa2 Kuliah dulu, saya membuka suatu file tugas zaman dahulu (hehehe), ketika pelajaran selesai sang dosen tiba-tiba melemparkan pertanyaan-pertanyaan yang menjadi tugas, saya pun mencoba menjawabnya dengan seadanya tidak tahu benar atau salahnya. Begini kira-kira casenya:

Case I

Suatu tebing dengan kemiringan 600, sepanjang 0,5km berada di tepi sungai. Tebing ini cenderung longsor. Oleh karena itu akan direncanakan perbaikan atau normalisasi tebing dengan menggunakan bronjong. Tinggi tebing adalah 20m.

1. Hitung volume galian pekerjaan

2. Rencanakan pemakaian alat berat

3. hitunglah waktu siklus masing-masing alat berat

4. hitung produktivitas alat

5. jumlah masing-masing alat berat yang digunakan

Penyelesaian

 

1. Menghitung volume pekerjaan

 

Lebar tebing : 12/tan 60 = 11,547m

Tinggi tebing: 20m

Panjang tebing: 500m

Dimensi bronjong :

Panjang dalam m

(a)

Lebar dalam m

(b)

Tinggi dalam m

(c)

2

1

0,5

3

1

0,5

4

1

0,5

3

1

0,5

Jika diasumsikan bronjong yang dipakai berdimensi axbxc = (4x1x0,5)m dan dipasang seperti pada sketsa berikut:

Bronjong

Susunan Bronjong

Kondisi pemasangan bronjong di lapangan adalah sebagai berikut:

pemasangan bronjong

Maka kita dapat menghitung volume galian untuk 1 bronjong yang dipasang:

rumus

Jumlah bronjong yang dipakai untuk arah vertikal: 40 buah

Jumlah bronjong yang dipakai untuk arah horizontal: 125 buah

Karena yang dipasangi bronjong hanya sisi pinggir kanan dan sisi pinggir kiri serta bagian bawah maka, Total bronjong terpasang: (40+123+40)=203 buah.

Volume yang harus galian : 203×89,141=18.095,623m3.

2. Alat Berat yang dipakai

            Untuk Kondisi ini, penggalian dilakukan secara manual. Awalnya dilakukan pembersihan lahan (land clearing). Untuk mengoptimalkan kinerja tanah, dilakukan pengupasan top soil terlebih dahulu dengan alat scrapper. Untuk menganngkat bronjong digunakan truck crane.

3. Waktu siklus untuk scrapper

            Top soil yang akan dikupas adalah setebal 20 cm. Volume tanah yang akan dipindahkan scrapper: 0,2x500x(20/sin 60) = 4000m3. Berat jenis tanah adalah 1340kg/lcm. Scrapper yang digunakan adalah jenis 621E. Job efisiensi 50/60. Heaped capacity 15,30m3. Berat kosong 30479kg. Berat maksimum 52.249kg. Untuk loading digunakan pusher. Kondisi lapangan dengan RR=4%,GR= 8%, L=23,094m. Perhitungan waktu siklusnya adalah sebagai berikut:

range

Berat Scrapper          = Berat kosong + kapasitas scrapperxbj tanah

= 30479+(15,3×1340)

= 50.981 ……< dari berat max = ok

Dari

RR GR TR L(km) V(km/jam) t(menit)

A-B

4 8 12 0.0231 12

0.12

Waktu Kembali

Dari

RR GR TR L(km) V(km/jam) t(menit)
B-A 4 -8 -4 0.0231 55

0.011

t1+t2=3,0 menit (tabel 5.1)

Waktu siklus  = t1+t3+t2+t4

= 3,0+0,12+0,011

= 3,131 menit

Waktu siklus Pusher = 140%x loading time + 0,25

= 1,4 x 1 + 0,25

= 1,65

4. Produktivitas scrapper

Prod. scraper = kapasitas x 60/waktu siklus x job eficiency

= 15,30 x 60 / 3,131 x 50/60

= 244,331 lcm/jam

5. Jumlah scraper

Jumlah scrapper        = waktu siklus scraper/ waktu siklus pusher

= 3,131/1,65

= 1,896

= 2 buah scraper

Case II

Dibuka suatu jalan baru sepanjang 3km dengan lebar 5m. Kondisi jalan merupakan jalan baru yang banyak ditumbuhi pepohonan dan semak belukar. Direncanakan jalan tersebut menggunakan perkerasan lapen (lapisan penetrasi) makadam untuk surface course ( 5cm).  Lapisan pondasi atas menggunakan agregat kelas A setebal 20cm. Sedangkan lapisan pondasi bawah menggunakan agregat kelas C setebal 35 cm.

1. Hitung volume galian pekerjaan

2. Rencanakan pemakaian alat berat

3. hitunglah waktu siklus masing-masing alat berat

4. hitung produktivitas alat

5. jumlah masing-masing alat berat yang digunakan

Penyelesaian

1.     Perhitungan volume tiap pekrjaan

  • Volume galian tanah = 0,55 X 5 X 3000 = 8250 m3
  • Volume lapisan pondasi bawah  agregat kelas A à 0,35 X 5 X 3000 = 5250m3
  • Volume lapisan pondasi atas  agregat kelas C à 0,20 X 5 X 3000 = 3000m3
  • Volume lapisan permukaan macadam à 0,5 X 5 X 3000 = 7500m3
  • Total volume galian = 1,2 x volume tanah terurai

= 1,2 ( 8250+5250+3000+7500)

= 109.800m3

2.     Penggunaan alat berat setiap pengerjaan

  • Pembersihan lahan dengan memotong terlebih dahulu pohon-pohon yang ada di areal pembuatan jalan, tungku dan akar-akar pepohonan dihancurkan dengan menggunakan dozer
  • Setelah lahan bersih dari semak belukar, kemudian penggalian untuk pondasi jalan dengan menggunakan excavator.
  • Pemindahan bahan-bahan lapisan pondasi jalan dengan mengguanakan Dump Truck dari quary
  • penghamparan material pondasi bawah berupa agregat kelas A menggunakan alat transportasi dump truk kemudian diratakan dan dipadatkan dengan menggunakan alat tandem roller
  • pekerjaan perataan dengan tandem roller di lakukan lagi pada saat penghamparan lapis pondasi atas, dan lapis permukaan
  • setelah lapisan pondasi bawah selesai dikerjakan, proses selanjutnya adalah penghamparan asphalt yang sebelumya sudah dipanaskan terlebih dahulu sehingga mencair. untuk menghamparkan asphalt digunakan alat asphalt finisher
  • setelah asphalt berhasil dihamparkan dengan elevasi jalan raya yang sudah diukur menggunakan theodolit sesuai perencanaan pekerjaan selanjutnya adalah pemadatan dengan buldozer hingga memenuhi kepadatan dan elevasi yang direncanakan
  • pekerjaan selanjutnya adalah finishing pemadatan dan perataanjalan raya dengan alat peneumatic roller

3.     Waktu Siklus alat berat

  • Waktu siklus excavator (backhoe)

Backhoe yang dipakai adalah backhoe beroda crawler dengan ukuran alat 0,94-1,72 m3.  Waktu siklus untuk penggalian tanah = 0,375 menit. Sesuai tabel 7.3.

4.     Produktivitas Alat

  • Produktivitas dozer pembersihan lahan

Jenis dozer 165-hp traktor dengan K/G blade. Kayu keras rata-rata 25%. Survey pepohonan memberikan hasil:

Jumlah pohon rata-rata pohon per acre 650 batang

Diameter 1-2 ft          :100 pohon

Diameter 2-3 ft          :10 pohon

Diameter 3-4 ft          : 2 pohon

Diameter 4-6 ft          : –

Dari data maka didapat : H=0,7; A=2,0;

B=34,41; M1= 0,7; M2= 3,4; M3= 6,8 (Tabel 4.5)

D=0

Maka Produktivitas   = 0,7 (2×34,41 + 0,7×100 + 3,4×10 + 6,8×2)

= 130,49 menit/acre

  • Produktivitas Backhoe

Kapasitas alat 1,6 m3. Rata-rata kedalaman penggalian adalah 1m dengan maksimum kedalaman penggalian 2m. Sudut putar alat 75o. Asumsi efisiensi kerja adalah 50menit/jam. Nilai BFF penggalian tanah 80-110 %. Gunakan 85%. Waktu siklus 0,375 menit.

Persentase kedalaman= ½ = 50%. Dari tabel 7.4 diperoleh S= 1,16

Produktivitas Backhoe         = 1,6 x 60/0,375 x 1,16 x 0,85 x 50/60

= 210,346m3/jam.

Catatan : 
Tabel-tabel dan rumus yang dipakai bersumber dari buku “Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi”, Ir. Susy Fatena Rostiyanti, M.Sc
Sekian dari saya, mudah-mudahan bermanfaat.

 

Pasang Surut Muka Air Laut

Pengertian Pasang Surut

Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Bumi mengitari matahari dan tetap berada di orbitnya oleh adanya tarikan gravitasi antara keduanya. Hal itu juga berlaku pada bulan yang tetap pada orbitnya karena tarikan gravitasi antara bumi-bulan. Masing-masing sistem mengakibatkan tonjolan akumulasi air di sisi dekat dan di sisi jauhnya. Pasang surut merupakan gabungan dua tonjolan akumulasi air tersebut, yang memutar sepanjang bumi. Saat bulan dan matahari berada satu baris, tonjolan keduanya terbentuk setiap dua minggu. Dan saat bulan dan matahari membentuk sudut, maka akan membentuk tonjolan air karena matahari yang mengisi air rendah dari sistem bumi-bulan, hal itu menghasilkan surut yang lebih tinggi, namun pasang yang lebih rendah(Dr J Floor Anthoni, 2000).

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.

Pasang dihasilkan oleh pertukaran perpindahan vertikal dari permukaan dari laut yang digabungkan dengan gerak horisontal dari air yang disebut arus pasang surut. Sungguh perlu diketahui bahwa pasang adalah disebabkan oleh bermacam-macam gaya gravitasi bahwa bulan dan matahari. Lebih persisnya, asal dari gejala pasang surut dihubungkan dengan ketidakseragaman dari medan gravitasi matahari dan lunar pada bola bumi.

Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasut terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah.

Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal range). Di Bay of Fundy rentang pasut dapat mencapai 30 m, sedangkan pada perairan pantai laut Mediterania dan laut Baltik rentang past bisa saja kurang dari 0,3 m. Rentang pasut di setiap lokasi dapat berbeda-beda disebabkan:

  • Secondary tidal waves
  • Efek shoaling
  • Konfigurasi dari garis pantai
  • Efek meteorologi

Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.

Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.

Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4.

Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut. Jika suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut harian tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe harian ganda (semidiurnal tides). Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda (dominant semi-diurnal tide/ mixedmainly semidiurnal tides) dan tipe campuran dominasi tunggal (dominant diurnal tide/ mixed mainly diurnal tides ).

Selain dengan melihat data pasang surut yang diplot dalam bentuk grafik, tipe pasang surut juga dapat ditentukkan berdasarkan bilangan Formzal (F) yang dinyatakan dalam bentuk (Pond and Pickard, 1983):

Dimana:

  • F          →bilangan Formzal
  • AK1 →amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari
  • AO1 →amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
  • AM2 →amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
  • AS2 →amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari

Dengan ketentuan :

  • F  ≤ 0.25 = Pasang surut tipe ganda (semidiurnal tides)
  • 0,25 <F ≤1,5 = Pasang surut tipe campuran condong harian ganda (mixedmainly semidiurnal tides)
  • 1,50 < F ≤3,0 = Pasang surut tipe campuran condong harian tunggal (mixed mainly diurnal tides)
  • F > 3.0 = Pasang surut tipe tunggal (diurnal tides)

Karena sifat pasang surut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk meramalkan pasang surut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari masing-masing komponen pembangkit pasang surut. Komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai dan superposisi antar gelombang pasang surut komponen utama, akan terbentuklah komponen-komponen pasang surut yang baru.

Tipe Pasang Surut

  • Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)

Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Tipe pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat di selat Malaka sampai laut Andaman.

  • Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)

Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut dengan periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di perairan selat Karimata.

  • Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevelailing semidiurnal tide)

Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan dan periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat di perairan Indonesia Timur.

  • Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevelailing diurnal tide)

Pada tipe ini, dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat selat Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.

Kesimpulan

  • Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut dibumi. Meskipun massa di bulan jauh lebih kecil, namun pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar dari pada pengaruh gaya tarik matahari.
  • Pengetahuan pasang surut sangat penting di dalam perencanaan pelabuhan. Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan terendah (surut) sangat penting untuk merencanakan baengunan-bangunan pelabuhan. Sebagai contoh, elevasi puncak bangunan pemecah gelombang, dermaga, dsb. Ditentukan oleh elevasi muka air pasang, sementara kedalaman alur pelayaran/pelabuhan ditentukan oleh muka air surut. Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara air tertinggi (puncak air pasang) dan air terendah (lembah air surut) yang berurutan

Referensi dan sumber

  • Catatan Kuliah Teknik Pantai oleh Dr.Ir.Ahmad Perwira Mulia Tarigan, MSc
  • Penjelasan mengenai Pasang Surut oleh Heron Surbakti ( Pasang Surut Created by Heron Surbakti )
  • Analisa Pasang Surut, Blog Kircy

Sekilas Tentang Gelombang Laut

Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung dari gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah gelombang angin yang dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut, gelombang pasang surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi, gelombang tsunami terjadi karena letusan gunung berapi atau gempa di laut, gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang bergerak dan sebagainya.

Gelombang yang disebabkan oleh angin dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai, menimbulkan arus dan transpor sedimen dalam arah tegak lurus dan sepanjang pantai, serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai. Gelombang merupakan factor utama di dalam penentuan tata letak (layout) pelabuhan, alur pelayaran, perencanaan bangunan pantai, dan sebagainya.

Pasang surut juga merupakan faktor yang penting karena bisa menimbulkan arus yang cukup kuat terutama di daerah yang sempit, misalkan di teluk, estuary, dan muara sungai. Selain itu elevasi muka air pasang dan air surut juga sangat penting untuk merencanakan bangunan – bangunan pantai. Sebagai contoh elevasi puncak bangunan pantai ditentukan oleh elevasi muka air pasang untuk mengurangi limpasan air, sementara kedalaman alur pelayaran dan perairan pelabuhan ditentukan oleh muka air surut. Gelombang besar yang datang ke pantai pada saat air pasang bias menyebabkan kerusakan pantai sampai jauh ke daratan.

Gelombang laut berjalan dari tengah lautan (sea) ke pinggiran pesisr pantai(swell). Dalam perjalanannya menuju tepian pantai, gelombang mengalami beberapa proses perubahan tinggi gelombang seperti proses pendangkalan (wave shoaling), proses refraksi (refraction), proses difraksi (diffraction), atau proses pantulan (reflection). Yang paling utama yang harus di garis bawahi bahwasanya perambatan gelombang di laut bukanlah merupakan perambatan dari partikel-partikel air tetapi merupakan pergerakan energi dari gelombang itu sendiri.

Bangunan Pelindung Pantai

Erosi pantai merupakan salah satu masalah serius perubahan garis pantai. Selain proses alami, seperti angin, arus dan gelombang, aktivitas manusia menjadi penyebab terjadinya erosi pantai seperti; pembukaan lahan baru dengan menebang hutan mangrove untuk kepentingan permukiman, dan pembangunan infrastruktur. Juga pemanfaatan ekosistem terumbu karang sebagai sumber pangan (ikan-ikan karang), sumber bahan bangunan (galian karang), komoditas perdagangan (ikan hias), dan obyek wisata (keindahan dan keanekaragaman hayati) sehingga mengganggu terhadap fungsi perlindungan pantai. Selain itu kerusakan terumbu karang bisa terjadi sebagai akibat bencana alam, seperti gempa dan tsunami, yang akhir-akhir ini sering melanda Negara Indonesia dan selalu menimbulkan kerusakan pada wilayah pesisir.

Salah satu metode penanggulangan erosi pantai adalah penggunaan struktur pelindung pantai, dimana struktur tersebut berfungsi sebagai peredam energi gelombang pada lokasi tertentu. Namun banyak tulisan sebelumnya bahwa struktur pelindung pantai dengan material batu alam yang cenderung tidak ramah lingkungan dan tidak ekonomis lagi apabila dilaksanakan pada daerah-daerah pantai yang mengalami kesulitan dalam memperoleh material tersebut.

Bangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena serangan gelombang dan arus. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melindungi pantai yaitu:

  1. memperkuat pantai atau melindungi pantai agar mampu menahan kerusakan karena serangan gelombang
  2. mengubah laju transpor sedimen sepanjang pantai
  3. mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai
  4. reklamasi dengan menambah suplai sedimen ke pantai atau dengan cara lain

Sesuai dengan fungsinya, bangunan pantai dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu:

  1. Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar garis pantai
  2. Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai
  3. Konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kikra-kira sejajar garis pantai

Berikut ini akan dipaparkan beberapa jenis bangunan pelindung pantai

A. Groin

Groin adalah struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok relatif tegak lurus terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya kayu, baja, beton (pipa beton), dan batu. Pemasangan groins menginterupsi aliran arus pantai sehingga pasir terperangkap pada “upcurrent side,” sedangkan pada “downcurrent side” terjadi erosi, karena pergerakan arus pantai yang berlanjut .

Penggunaan Groin dengan mneggunakan satu buah groin tidaklah efektif. Biasanya perlindungan pantai dilakukan dengan membuat suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa groin yang ditempatkan dengan jarak tertentu. Hal ini dimaksudkan agar perubahan garis pantai tidak terlalu signifikan.

Selain tipe lurus seperti yang ada pada gambar ada juga groin tipe L dan tipe T, yang kesemuanya dibangun berdasarkan kebutuhan

B. Jetty

Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakan di kedua sisi muara sungai yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan alur oleh sedimen pantai. Pada penggunaan muara sungai sebagai alur pelayaran, pengendapan dimuara dapat mengganggu lalu lintas kapal. Untuk keperluan tersebut jetty harus panjang sampai ujungnya berada di luar sedimen sepanjang pantai juga sangat berpengaruh terhedap pembentukan endapan tersebut. Pasir yang melintas didepan muara geelombang pecah. Dengan jetty panjang transport sedimen sepanjang pantai dapat tertahan dan pada alur pelayaran kondisi gelombang tidak pecah, sehingga memungkinkan kapal masuk kemuara sungai.

Selain untuk melindingi alur pelayaran, jetty juga dapat digunakan untuk mencegah pendangkalan dimuara dalam kaitannya dengan pengendalian banjir. Sungai-sungai yang bermuara pada pantai yang berpasir engan gelombang yang cukup besar sering mengalami penyumbatan muara oleh endapan pasir.karena pengaruh gelombang dan angin, endapan pasir terbentuk di muara. Transport akan terdorong oleh gelombang masuk kemuara dan kemudian diendapkan. endapan yang sangat besar dapat menyebabkan tersumbatnya muara sungai. penutupan muara sungai dapat menyebabkan terjadinya banjir didaerah sebelah hulu muara. Pada musim penghujan air banjir dapat mengerosi endapan sehingga sedikit demi sedikit muara sungai terbuka kembali. Selama proses penutupan dan pembukaan kembali tersebut biasanya disertai dengan membeloknya muara sungai dalam arah yang sama dengan arah transport sedimen sepanjang pantai.

Jetty dapat digunakan untuk menanggulangi masalah tersebut, mengingat fungsinya hanya untuk penanggulangan banjir, maka dapat digunakan salah satu dari bangunan berikut, yaitu jetty panjang, jetty sedang, jetty pendek. Jetty panjang apabila ujungnya berada diluar gelombang pecah.tipe ini efektif untuk menghalangi masuknya sedimen kemuara, tetapi biaya konstruksi sangat mahal, sehingga kalau fungsinya hanya untuk penaggulangan banjir maka penggunaan jetty tersebut tidak ekonomis. Kecuali apabila daerah yang harus dilindungi terhadap banjir sangat penting. Jetty sedang dimana ujungnya berada anatar muka air surut dan lokasi gelombang pecah, dapat menahan sebagian transport sedimen sepanjang pantai. Alur diujung jetty masih memungkinkan terjadinya endapan pasir. Pada jetty pendek, kaki ujung bangunan berada pada permukaan air surut.fungsi utama bnagunan ini adalah menahan berbeloknya muara sungai dan mengkonsentrasikan aliran pada alur yang telah ditetapkan untuk bisa mengerosi endapan, sehingga apada awal musim penghujan di mana debit besar (banjir) belum terjadi, muara sungai telah terbuka.

Selain ketiga tipe jetty tersebut, dapat pula dibuat bangunan yang ditempatkan pada kedua sisi atau hanya satusisi tebing muara yang tidak menjorok kelaut. Bangunan ini sama sekali tidak mencegah terjadinya endapan dimuara, fungsi bangunan ini sama dengan jetty pendek, yaitu mencegah berbeloknya muara sungai degan mengkonsentrasikan aliran untuk mengerosi endapan.

C. Breakwater

Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.

Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty. Penjelasan lebih rinci mengenai pemecah gelombang sambung pantai lebih cenderung berkaitan dengan palabuhan dan bukan dengan perlindungan pantai terhadap erosi. pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai, maka tergantung pada panjang pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas pantai dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan oleh celah.

Bangunan ini berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi pada pantai. Perlindungan oleh pemecahan gelombang lepas pantai terjadi karena berkurangnya energi gelombang yang sampai di perairan di belakang bangunan. Karena pemecah gelombang ini dibuat terpisah ke arah lepas pantai, tetapi masih di dalam zona gelombang pecah (breaking zone). Maka bagian sisi luar pemecah gelombang memberikan perlindungan dengan meredam energi gelombang sehingga gelombang dan arus di belakangnya dapat dikurangi.

Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan (transmisi) dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya. Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi, kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang (permukaan halus dan kasar, lulus air dan tidak lulus air) dan geometrik bangunan peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan).

Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan sediment tersebut.

D. Seawall

Seawall hampir serupa dengn revetment (stuktur pelindung pantai yang dibuat sejajar pantai dan biasanya memiliki permukaan miring), yaitu dibuat sejajar pantai tapi seawall memiliki dinding relatif tegak atau lengkung. Seawall juga dapat dikatakan sebagai dinding banjir yang berfungsi sebagai pelindung/penahan terhadap kekuatan gelombang. Seawall pada umumnya dibuat dari konstruksi padat seperti beton, turap baja/kayu, pasangan batu atau pipa beton sehingga seawall tidak meredam energi gelombang, tetapi gelombang yang memukul permukaan seawall akan dipantulkan kembali dan menyebabkan gerusan pada bagian tumitnya.

E. Artificial Headland

Tanjung buatan adalah struktur batuan yang dibangun di sepanjang ujung pantai mengikis bukit-bukit untuk melindungi titik strategis, yang memungkinkan proses-proses alam untuk melanjutkan sepanjang bagian depan yang tersisa. Hal ini secara signifikan lebih murah daripada melindungi seluruh bagian depan dan dapat memberikan perlindungan sementara atau jangka panjang dengan aktif  dari berbagai macam resiko. Tanjung sementara dapat dibentuk dari gabions atau kantong pasir, namun umurnya biasanya tidaklah panjang  antara 1 sampai 5 tahun

Tanjung buatan berfungsi menstabilkandaerah pesisir pantai, membentuk garis pantai semakin stabil, garis pantai menjadi lebih menjorok sehingga energi gelombang akan hilang pada daerah shoreline dan akhirnya membentuk pesisir rencana yang lebih stabil dan dapat berkembang. Stabilitas akan tergantung pada panjang dan jarak dari tanjung. struktur pendek dengan celah panjang akan memberikan perlindungan lokal tetapi tidak mungkin mengizinkan bentuk rencana stabil untuk dikembangkan. Jika erosi berlangsung terus-menerus tanjung mungkin perlu diperpanjang atau dipindahkan untuk mencegah kegagalan struktural, meskipun tanjung buatan akan terus memberikan perlindungan sebagai breakwaters perairan dekat pantai.

F. Beach Nourishment

Beach Nourishment merupakan usaha yang dilakukan untuk memindahkan sedimentasi pada pantai ke daerah yang terjadi erosi, sehingga menjaga pantai tetap stabil.

Kita ketahui erosi dapat terjadi jika di suatu pantai yang ditinjau terdapat kekurangan suplai pasir. Stabilitasi [antai dapat dilakukan dengan penambahan suplai pasir ke daerah yang terjadi erosi itu. Apabila erosi terjadi secara terus menerus , maka suplai pasir harus dilakukan secara berkala dengan laju sama dengan kehilangan pasir . Untuk pantai yang cukup panjang maka penambahan pasir dengan cara pembelian kurang efektif sehingga digunakan alternatif pasir diambil dari hasil sedimentasi sis lain dari pantai.

G. Terumbu Buatan

Terumbu buatan (artificial reef) bukanlah hal baru, di Jepang dan Amerika usaha ini telah dilakukan lebih dari 100 tahun yang lalu. Mula-mula dilakukan dengan menempatkan material natural berukuran kecil sebagai upaya untuk menarik dan meningkatkan populasi ikan. Di Indonesia, terumbu buatan mulai disadari peranan dan kehadirannya oleh masyarakat luas sejak tahun 1980-an, pada saat dimana Pemda DKI. Jakarta menyelenggarakan program bebas becak, dengan merazia seluruh becak yang beroperasi di ibu kota dan kemudian mengalami kesulitan dalam penampungannya, sehingga pada akhirnya bangkai becak tersebut dibuang ke laut.

Berbagai macam cara, baik tradisional maupun modern, bentuk dan bahan telah digunakan sebagai terumbu buatan untuk meningkatkan kualitas habitat ikan dan biota laut lainnya.

Saat ini sedang terjadi pergeseran paradigma rekayasa pantai dari pendekatan rekayasa secara teknis yang lugas (hard engineering approach) ke arah pendekatan yang lebih ramah lingkungan (soft engineering approach). Salah satu contoh misalnya adalah bangunan pemecah gelombang (breakwater) yang semula ambangnya selalu terletak di atas muka air laut, kini diturunkan elevasinya hingga terletak dibawah muka air laut.

Kesimpulan

Untuk Menanggulangi erosi pantai, langkah pertama yang harus dilkakukan adalah mencari penyebab terjadinya erosi. Dengan mengetahui penyebabnya, selanjutnya kita dapat menentukan cara penanggulangannya yang biasanya dapat berupa bangunan-bangunan pelindung pantai ataupun dengan menambah suplai seidmen.

Beberapa jenis bangunan yang dapat dibuat untuk mengatasi erosi dan gelombang pada pantai antara lain dengan membangun susunan groin pada pesisir pantai, jetty baik yang single maupun double jetty, seawall dan sebagainya. Kesemua jenis bangunan pelindung pantai dibangun beradasarkan fungsinya masing-masing. Ada yang dibangun tegak lurus dan ada pula yang dibangun sejajar garis pantai.

Stabilisasi pantai dilakukan dengan membuat bangunan pengarah sediment seperti tanjung buatan, pemecah gelombang sejajar pantai, dan karang buatan yang dikombinasikan dengan pengisian pasir. Metoda ini dilakukan apabila suatu kawasan pantai terdapat defisit sediment yang sangat besar sehingga dipandang perlu untuk mengembalikan kawasan pantai yang hilang akibat erosi.

Namun Pope (1997) merangkum filosofi bangunan pelindung pantai sebagai berikut:

  1. Tak ada satu pun bangunan pelindung pantai yang permanen. Tak satu pun bangunan yang bisa  bertahan selamanya di lingkungan pantai yang dinamis.
  2. Tak satu pun bangunan pantai yang bisa digunakan untuk menanggulangi seluruh lokasi. Bangunan yang berfungsi baik di suatu tempat belum tentu berfungsi dengan baik di tempat lain.
  3. Tak satu pun bangunan pantai yang bekerja baik pada semua kondisi. Setiap pelindung pantai hanya didisain untuk kondisi tertentu yang terbatas, jika batas kondisi tersebut dilampaui, maka bangunan tidak bisa berfungsi sebagaimana yang diharapkan.
  4. Tak ada bangunan pantai yang ‘ekonomis’ atau ‘murah’.
  5. Tapi, ada suatu cara/pendekatan yang mampu melindungi lokasi dalam jangka waktu usia ekonomis bangunan yang efektif.
  6. Ada upaya-upaya teknis yang bisa digunakan dengan bantuan proses-proses pantai untuk mendapatkan hasil yang bisa diperkirakan.
  7. Ada daerah-daerah dimana upaya manusia dalam melindungi pantai tidak menghasilkan apapun.
  8. Ada daerah dimana bangunan pantai (hard structures) lebih tepat digunakan.
  9. Ada daerah dimana bangunan pantai tidak layak digunakan, soft structures lebih tepat.
  10. Ada daerah dimana tidak diperlukan bangunan perlindungan pantai.

Kita sebagai Warga Negara yang baik hendaknya ikut beperan dalam proses pengamanan pantai tersebut, yaitu dengan ikut melestarikan ekosistem laut beserta isinya, melakukan pembangunan sesuai peraturan yang berlaku agar tidak melewati garis pantai, serta tidak melakukan penambangan pasir atau perusakan karang.

Referensi

  • Prof. Dr. Ir. H. Bambang Triadmojo, CES, DEA. Teknik Pantai Edisi kedua tahun 1999. Beta offset yogyakarta.
  • Catatan kuliah dari Dosen pembimbing mata kuliah Teknik Pantai Universitas Sumatera Utara bapak Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia Tarigan, MSc.
  • A guide to managing coastal erosion in beach/dune systems, Artificial Headland US
  • Putu Aditya Setiawan Blog, jetty (bangunan pelindung pantai)
  • Breakwater (pemecah gelombang), aspsipilump blog
  • US Army Corps of Engineers, 2000, Coastal Engineering Manual Part
  • Pope, Joan, 1997 “Responding to Coastal Erosion and Flooding Damages”, Journal of Coastal Research, Vol 13 Issue 3 p 704-710
  • Budhi Kuswan Susilo ST, MT. Materi kuliah Geologi Kelautan

Pengembangan Sumber Daya Air (Water Developement Resources)

The correlation beetwen Pemanasan Global (Global Warming) dengan kenaikan muka air laut

Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai literatur menunjukkan kenaikan temperatur global – termasuk Indonesia – yang terjadi pada kisaran 1,5–40 Celcius pada akhir abad 21.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia” melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat hingga 6.4 °C  (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Jelaslah bahwa efeknya terhadap perairan yaitu peningkatan permukaan laut. Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.

Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.

Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.

Kenaikan muka air laut secara umum akan mengakibatkan dampak sebagai berikut :

(a) meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir,

(b) perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove,

(c) meluasnya intrusi air laut,

(d) ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir, dan

(e) berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil.

Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir disebabkan oleh terjadinya pola hujan yang acak dan musim hujan yang pendek sementara curah hujan sangat tinggi (kejadian ekstrim). Kemungkinan lainnya adalah akibat terjadinya efek backwater dari wilayah pesisir ke darat. Frekuensi dan intensitas banjir diprediksikan terjadi 9 kali lebih besar pada dekade mendatang dimana 80% peningkatan banjir tersebut terjadi di Asia Selatan dan Tenggara (termasuk Indonesia) dengan luas genangan banjir mencapai 2 juta mil persegi. Peningkatan volume air pada kawasan pesisir akan memberikan efek akumulatif apabila kenaikan muka air laut serta peningkatan frekuensi dan intensitas hujan terjadi dalam kurun waktu yang bersamaan.

Kenaikan muka air laut selain mengakibatkan perubahan arus laut pada wilayah pesisir juga mengakibatkan rusaknya ekosistem mangrove, yang pada saat ini saja kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan. Luas hutan mangrove di Indonesia terus mengalami penurunan dari 5.209.543 ha (1982) menurun menjadi 3.235.700 ha (1987) dan menurun lagi hingga 2.496.185 ha (1993). Dalam kurun waktu 10 tahun (1982-1993), telah terjadi penurunan hutan mangrove ± 50% dari total luasan semula. Apabila keberadaan mangrove tidak dapat dipertahankan lagi, maka : abrasi pantai akan kerap terjadi karena tidak adanya penahan gelombang, pencemaran dari sungai ke laut akan meningkat karena tidak adanya filter polutan, dan zona budidaya aquaculture pun akan terancam dengan sendirinya.

Meluasnya intrusi air laut selain diakibatkan oleh terjadinya kenaikan muka air laut juga dipicu oleh terjadinya land subsidence akibat penghisapan air tanah secara berlebihan. Sebagai contoh, diperkirakan pada periode antara 2050 hingga 2070, maka intrusi air laut akan mencakup 50% dari luas wilayah Jakarta Utara.

Faktanya di wilayah Indonesia ambil contoh wilayah Jakata berdasarkan analisis dari para pakar lingkungan, pada 2020 di Indonesia, tepatnya Bandara Soekarno Hatta sudah mulai tergenangi air laut. Bahkan pada 2050 nanti, permukaan air laut sudah mengancam kawasan Monumen Nasional yang berada di pusat kota Jakarta. Dan diperkirakan pada 2070, sekitar 800 ribu rumah yang berada di pesisir harus dipindahkan, sebanyak 2.000 dari 18 ribu pulau di Indonesia akan tenggelam akibat naiknya air laut.

Ancaman serius ini layaknya perlu kita cermati bukan hanya para pengamat lingkungan tapi setidak-tidaknya kita juga turut serta dalam hal sekecil apapun untuk tindakan preventif  seperti mengurangi membakar sampah, membudayakan gemar menanam pohon agar dampak pemanasan global ini dapat dikurangi adanya demi masa depan anak dan cucu kita semua.

Dampak Banjir

Fenomena banjir merupakan hal yang tak asing ditelinga kita. Secara teoritis banjir dapat didefenisikan sebagai peristiwa alam berupa meluapnya sungai melebihi kapasitas palungnya yang menyebabkan terjadinya genangan air yang seringkali disertai arus yang deras pada bagian tanah yang rendah. Proses kelebihan air di daratan ini dimungkinkan karena banyak faktor dan hal pemicunya. Adapun berlebihnya air yang utama ialah disebabkan ketidakmampuan dari daratan baik itu bentuk drainase ataupun akar pepohonan dan hal terkait lainnya yang memang berfungsi untuk menampung limpahan air. Selain itu meluapnya air sungai juga dapat menjadi penyebab melimpahnya air di daratan dan sebenarnya banyak faktor lainnya seperti drainase yang mengecil akibat sedimentasi, tertutupnya sistem drainase akibat adanya bangunan-bangunan, banyaknya tumpukan sampah didalam sistem drainase, meningkatnya koefisien aliran air, faktor curah hujan yang tinggi dan sebagainya.

Secara umum faktor penyebab pokok masalah banjir antara lain:

  1. Kondisi alam yang bersifat statis
  • Posisi geografi yang mempengaruhi intensitas curah hujan
  • Topografi ( daerah rendah dan landai akan lebih rawan terkena banjir)
  • Karakteristik sungai ( sungai landai, mendering, bottle neck)
  1. Peristiwa alam yang bersifat dinamis
  • Pemanasan global (naiknya suhu permukaan laut)
  • Penghalangan aliran sungai oleh air laut pasang (aliran melimpas)
  • Adanya land subsidence karena overdraft air tanah
  • Penyumbatan/pendangkalan muara

Fakta bahwa Indonesia sampai saat ini belumlah dapat keluar dari fenomena banjir ini. Bahkan diberbagai daerah ada yang diistilahkan sebagai banjir musiman yang harus dialami masyarakat secara berkala dan berulang.

Tentunya berulangnya hal ini patut sekali untuk dipertanyakan, dimana lembaga negara kita yang mengatur tentang ini. Namun demikian terlepas dari hal itu kita mesti bertanya pada pribadi masing-masing apa yang sudah kita lakukan untuk mencegah fenomena ini. Intinya adalah dalam penanggulangannya diperlukan peran serta dan kesadaran kita semua demi menuju hal yang lebih baik dimasa depan.

Dari paparan di atas jelaslah bahwa bencana banjir akan merugikan banyak pihak dan secara garis besarnya tak lain adalah kita makhluk hidup yang memenuhi isi bumi. Manusia dan makhluk hidup lainnya tentunya akan merasakan dampak akibat dari banjir tersebut seperti lahan sawah yang tergenang banjir yang menyebabkan gagal panen, perabotan rumah tangga terendam banjir dan sebagainya.

Budaya Air: Tidak mengalah, Tidak mengalahkan, Tapi sampai di tujuan

Aku berasal dari bumi melalui langit aku turun lagi ke bumi membasahi seluruh permukaan. Setelah sampai di permukaan bumi sebagian dari aku masuk ke dalam perut bumi  melalui pori-porinya dan sebagian dari aku mengalir diatas permukaannya. Aku berjalan dari atas gunung-gunung menuju ke lembah-lembah dan perjalananku berakhir di laut, jangan halangi jalanku. Kadang-kadang aku datang disuatu tempat dengan jumlah yang banyak, maka berhati-hatilah karena aku perlu jalan yang lebih lebar dan perlu tempat istirahat yang luas. Jangan ganggu tempat istirahatku.

(Roestam Sjarief, PELATIHAN SPATIAL PLANNING DALAM BWRMP, Bogor 2003)

Permasalahan Air ( The Real Water Problem)

Di mana ada sungai di situ ada pemukiman. Bahkan kota-kota besar di dunia adalah kota-kota di tepi sungai-sungai besar. London dengan S. Times. New York dengan S. Houdzon. Kairo dengan S. Nil. Tokio dengan S. Sumida. Jakarta dengan S. Ciliwung. Surabaya dengan S. Brantas. Jogjakarta dengan S. Krasak, dan lain sebagainya.

Di Italia ada ribuan km saluran air yang diberi nama aqueduct dan sudah dibuat pada abad ke 4 SM, baik saluran terbuka, terowongan ataupun bertingkat. Di Belanda ribuan saluran lebar dibuat untuk transportasi dan wisata. Ketika menjajah Nusantara Belanda membuat ribuan km saluran air di P. Jawa. Belandalah satu-satunya negara yang jago ilmu air.

Perlu menjadi pengetahuan kita bahwa ada wilayah bumi dengan 4 musim ada yang hanya dua musim. Di wilayah empat musim, tidak pernah ada masa kemarau panjang yang menghabiskan air di sungai maupun di dalam tanah. Pada musim dingin air berubah menjadi es. Lainhalnya dengan wilayah tropis. Pada musim kemarau panjang air sungai menyusut drastis sampai kering. Air tanah tinggal yang di kedalaman di bawah ratusan m. Maka sumur asat. Jadi diwilayah tropis dengan sendirinya ada kerawanan air kehidupan.

Menariknya bahwa di wilayah bumi empat musim, pergaulan manusia dengan air jauh lebih eksploratif, kreatif, inovatif. Ilmu air berkembang. Ada Hydrobbiologi (ilmu hayati air), Hydro-ecology (ilmu air lingkungan), Hydraulic-Enginering (ilmu teknik rekayasa air) dlsb.

Mesin pompa pasti tidak diciptakan orang Indonesia, tapi orang dari wilayah 4 musim. Teknologi pemanfaat air berkembang. Di Eropah umumnya di mana-mana tersedia kran air langsung layak minum dan gratis. Air tidak sekedar untuk mandi, cuci, masak dan pertanian melainkan menjadi sarana transportasi dan wisata. Lain halnya dengan di wilayah tropis kita. Hampir tidak ada apa-apanya. Semuanya berlangsung alamiah saja. Dimusim hujan, air di mana-mana. Kita mengeluh, menyalahkan hujan yang mengganggu aktivitas dan kenyamanan. Pesawat terbang yang jatuh pun yang dituduh jadi penyebab adalah cuaca buruk, hujan, air di bandara. Pada musim kemarau, sama saja mengeluh, kurang air. Bahkan mengenai gagal panen yang disalahkan juga iklim atau musim kemarau.

Begitu banyak air dicurahkan dari langit. Pada waktu itu juga air langsung kembali ke laut. Yang tinggal di dalam tanah hanya yang dilakukan oleh alam. Tidak ada strategi dan teknik besar untuk membuat air hujan bertahan di tanah sampai musim kemarau datang. Bahkan, berbagai industri berbasis kayu malah mengganggu alam dengan membabat hutan. Dan ketika giliran musim kemarau datang, alam lagi yang disalahkan, kenapa hujan tidak datang-datang.

Sejarah pergaulan manusia tropis di Indonesia ratusan tahun lamanya tidak menunjukkan adanya peradaban yang mengagumkan. Peradaban manusia tropis Indonesia justru makin menyebabkan kemungkinan terjadinya kelangkaan air. Sejak tahun 1985 terjadi pembabatan hutan sebesar 1,6 juta hektar per tahun. Dan pada tahun 1997 meningkat menjadi 2,83 juta hektar pertahun. Padahal di hutan itulah alam melakukan penyimpanan air. Yang jadi ancaman serius, yaitu kekurangan air akan dialami anak cucu kita di tahun-tahun yang akan datang.

Dewasa ini permasalahan yang cenderung dihadapi oleh pemerintah maupun masyarakat dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya air meliputi ;

a)     adanya kekeringan di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan;

b)     persaingan dan perebutan air antara daerah hulu dan hilir atau konflik antara berbagai sektor;

c)      penggunaan air yang berlebihan dan kurang efisien;

d)     penyempitan dan pendangkalan sungai, danau karena desakan lahan untuk pemukiman dan industri;

e)     pencemaran air permukaan dan air tanah

f)     erosi sebagai akibat penggundulan hutan

Di Indonesia banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Kekeringan tentunya berdampak besar bagi sektor pertanian ini. Untuk itu pemerintah tentunya tidak dapat menganggap remeh hal ini. upaya-upaya konkret seperti penyiapan dan pemberian bantuan darurat bahan pangan dan air minum/air bersih harus menjadi prioritas pemerintah, tanpa harus menunggu komando dan perdebatan tentang definisi bencana kekeringan itu sendiri. Di sinilah test-case paling krusial terhadap langkah preventif terhadap Tim Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana, tanpa harus menunggu suatu bencana sampai benar-benar datang, seperti dilakukan selama ini. Dalam jangka menengah, pemerintah wajib memiliki suatu panduan umum tentang langkah kebijakan dan program aksi yang terintegrasi dalam rencana program tahunan yang tidak perlu menyimpang dari Program Pembangunan Nasional dan Daerah (Propenas dan Propeda) dan tentu saja wajib muncul dalam anggaran pusat dan anggaran daerah.

Mengenai kelebihan air di daratan atau banjir telah dipaparkan pada bahagian dua di  atas (dampak banjir dan siapa saja yang rugi akibat banjir).

Berbicara masalah lintas sektor pengairan dapat dijelaskan melalui hal berikut:

Menurut UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Pemerintah pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten Kota
Pengelolaan SDA yang terletak pada wilayah sungai:-          Lintas provinsi-          Lintas Negara-          Strategis nasional

Pasal 14

Pengelolaan SDA yang terletak pada Wil. Sungai :Lintas Kabupaten / KotaPasal 15 Pengelolaan SDA yang terletak pada Wil. Sungai :Dalam Kabupaten /KotaPasal 16
Sebagian WEWENANG Pemerintah (Pusat) dalam pengelolaan SDA dapat diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan per-UU-an(Pasal 18)

Pembagian Wewenang & Tanggungjawab Pengelolaan SDA (Direktorat PSDA, 2005)

Masalah lain ialah tentang pencemaran. Wilayah perairan sebahagian besar telah dicemari oleh berbagai hal. Pencemaran tentunya berhubungan dengan nilai BOD dan COD dari air tersebut. Dengan atau tanpa sadar berbagai pencemaran telah dilakukan di wiliayah perairan, utamanya adalah sungai. Misalnya mencuci menggunakan deterjen di sungai bahkan sampai-sampai kasus pengaliran air kotor ke aliran sungai seperti limbah pabrik.

Referensi

  • UUD 1945 (pasal-pasal terkait)
  • UU No.7 Tahun 2004 tentang SDA
  • Fransini Joseph B dan Linsley Ray K. Teknik Sumber Daya Air. Erlangga. Jakarta.
  • Bahan kuliah “Pengembangan Sumber Daya Air” Teknik Sipil USU Tahun 2009. Dosen : Alm. DR.Ir.H.Gindo Maraganti Hasibuan, MM.
  • Mengutip dari wikipedia tentang Pemanasan Global.
  • Mengutip tulisan “Menuju Budaya Air” dari  Rm. V. Kirjito (www.multiply.com)
  • Mengutip tulisan “Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air” dari anafio (www.multiply.com)
  • Artikel pemanasan global
  • Mulyanto. 2007: Sungai, Fungsi Dan Sifat-Sifatnya. Graha Ilmu. Yogyakarta.
  • Kodoatie, Robert J, Sri Sangkawati, Suharyanto, Sutarto Edhisono. 2002: Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Otonomi Daerah. Andi Yogyakarta. Yogyakarta
  • Suripin. 2004: Sistem Drainase Perkotaaan Yang Berkelanjutan. Andi Yogyakarta. Yogyakarta.